Cari Blog Ini

Selasa, 16 April 2013

sistem endoktrim


SISTEM ENDOKRIN
by NURHIDAYAH
  • Sistem endokrin adalah sistem yang bekerja dengan perantaraan zat-zat kimia (Hormon) yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin
  • Hormon merupakan bahan yang dihasilkan oleh organ tubuh yang memiliki efek regulatorik spesifik terhadap aktivitas oergan tertentu.
  •  Hormon  disekresikan oleh kelenjar endokrin untuk membantu mengatur fungsi organ bekerja secara terkoordinasi dengan sistem syarap 
Mekanisme kerja hormon
  • kelenjar hipofisis adalah interaksi hormon dengan makro molekul specifik disebut reseptor hormon yang terdapat dalam sel jaringan. Reseptor hormon bisa berada dipermukaan sel (cell surface reseptoe) dan bisa dalam sitoplasma sel (interselular reseptor).  Reseptor tersebut membentuk suatu komplek hormon reseptor yang akan mempengaruhi sel.
Kelenjar endokrin terdiri atas:
  • Kelenjar  hipofisis
  • Kelenjar tiroid
  • Kelenjar paratiroid
  • Kelenjar timus
  • Kelenjar adrenal
  • Kelenjar pienalis
  • Kelenjar pankreas
  • Kelenjar kelamin :
o   Kelenjar testis
o   Kelenjar Ovarium
KELENJAR HIPOFISIS…
  • Kelenjar ini terletak didasar tengkorak besarnya kira-kira 10x13x6 mm dan beratnya sekitar 0,5  gram. Kelenjar ini memegang peranan yang penting dalam mengatur sekresi hormon dari semua organ endokrin, kegiatan hormon yang lain dan mempengaruhi pekerjaan kelenjar yg lain
  • Hormon yg dihasilkan
Lobus Anterior
·         Somatottropik hormon (growth hormone)
Hormon pertumbuhan ini dikendalikan oleh saraf pusat. Stres, gerak badan, suhu dingin, anastesi, pembedahan, dan perdarahan akan meningkatkan sekresi growth hormone. Hormon ini bekerja untuk meransang pertumbuhan jaringan tubuh dan tulang.
Growth hormone mempengaruhi berbagai metabolisme dalam tubuh :
Ò  Metabolisme protein, meransang pembentukan kolagen
Ò  Metabolisme elektrolitt menahan N,Ca, K, dan Na dengan cara meningkatkan absorbsi ion Ca di seluruh pencernaan, menurunkan eksresi ion Ca dan ion K lewat ginjal.
Ò  Metabolisme karbohidrat mempunyai efek diabetagenik karena meningkatkan pelasan glukasa dari sel hati dan menurunkan  kepekaan sel hati terhadap insulin
Ò  Metabolisme lemak , menigkatkan kadar asam lemak bebas dalam plasma darah. 
·         Hormon thyrotropik (thyroid stimulating hormon atau TSH)
Hormon ini mengendalikan kelenjar tiroid dalam menghasilkan hormon tiroksin, yang mekanisme kerjanya merangsang pembesaran tiroid, menambah ambilan (uptake) yodium dan menambah sintesis tiroglobulin.
·         Hormon adrenocorticotropic(ACTH)
Mengendalikan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari korteks  kelenjar suprarenal dan meransang pembentukan steroid oleh korteks adrenal
·         Hormon Gonadothropin
hormon ini menghasilkan hormon-hormon berikut ini;
·         Folicle Stimulating Hormone (FSH)
hormon ini merangsang perkembangan folikel de Graaf dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa pada testis merangsang gametogenesis laki-laki
·         Lutein izing Hormone (LH)
·         Mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron dalam ovarium, mempengaruhi luteinisasi pada wanita. Hormon ini pada laki-laki disebut sebagai Interstisial Cell Stimulating Hormone (ICSH) yang mempengaruhi produksi testosteron dalam testis
·         Prolaktin atau Lute Hormone (LTH)
Hormon ini mempunyai kemampuan untuk meransang pertumbuhan jaringan payudara dan merangsang produksi air susu (laktasi)
o   Melanocyte Stimulating Hormone (MSH)
MSH dihasilkan oleh hipofisis pars intermedius dan didapati pada dalam fase kehidupan fetus. Peran MSH yaitu bekerja untuk meransang pembentukan steroid, dan proses fisiologisnya berperan pada kulit yaitu dapat mempengaruhi pigmentasi
Lobus Posterior
o   Antidiuretic hormone (ADH, Vasopressin)
Hormon ini bekerja untuk meningkatkan reabsorbsi air oleh tubulus distal dan tubulus koledokus ginjal, sehingga menurunkan haluaran urine
o   Oksitosin
Hormon ini bekerja untuk merangsang pengeluaran ASI dari alveoli payudara, merangsang kontraksi uterus, terlibat dalam transport sperma dalam tractus reproduksi wanita
KELENJAR TIROID
Hormon yang dihasilkan:
o   Thyroxine  (T4)
Hormon ini bekerja untuk meningkatkan aktivitas metabolik pada hampir semua sel
o   Triodothyronine (T3)
Hormon ini bekerja merangsang sebagian besar aspek metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat
o   Tyrocalcitonin (TCT)
Hormon ini menurunkan serum kalsium dan meningkatkan kadar fosfat, meningkatkan reabsorbsi tulang
KELENJAR PARATIROID
kelenjar paratiroid menghasilkan Parathormon, suatu protein yang terdiri atas sebuah rantai polipepeptida tunggal penting dalam pengaturan metabolisme. Kerja hormon ini disebabkan kemampuannya merangsang perubahan selosteogenik menjadi osteoklas, sedangkang peningkatan konsentrasi kalsium akan menurunkan kadar ion fosfat. Hilangnya aktivitas kelenjar paratiroid megakibatkan peningkatan kadar fosfat dalam darah.
KELENJAR ARDENAL
KORTEKS
Hormon dibagi menjadi 3 kelompok besar :
·         Glukokortikoid/Kortisol
Hormon ini meningkatkan katabolisme Kh, P,L,
meningkatkan kepekaan jaringan terhadap hormon lain
·         Meneralokortikoid/Aldosteron
cenderung meningkatkan retensi natrium dan eksresi kalium
·         Androgen/Hormone Pria
Mengatur karakteristik seks sekunder tertentu
MEDULLA
Hormon yang dihasilkan yaitu Epinefrin (Adrenalin) 80% dan Norepinefrin 20% yang bekerja untuk meningkatkan TD, konveriglikogen menjadi glukosa ketika dibutuhkan energi, meningkatkan frekuensi jantung, meningkatkan kontrakstilitas jantung, mendilatasi bronkiole
KELENJAR PIENALIS
Kelenjar ini menghasilkan sekresi interna dalam membantu pankreas dan kelenjar kelamin, berperang penting dalam mengatur aktivitas seksual reproduksi manusia
KELENJAR PANKREAS
Kelenjar ini menghasilkan hormon antara lain;
·         Insulin
Memacu masuknya glukosa kedalam seluruh sel tubuh, dimana cara ini mengatur kecepatan metabolisme Kh, P, L sehingga menurunkan kadar glukosa darah.
·         Glukagon
Mekanisme kerjanya meningkatkan sintesis dan pelepasan glukosa  dari hati masuk kesirkulasi jaringan tubuh.
·         Somatostatin
Menurunkan sekresi insulin, glukagon, pertumbuhan hormon dan beberapa hormon gastrointestinal (gastrin dan sekretin)
KELENJAR KELAMIN (GONAD)
·         OVARIUM
o   Estrogen, bekerja untuk merangsang perkembangan organ kelamin wanita, payudara, dan berbagai sifat kelamin sekunder
o   Progesteron, bekerja meransang sekresi “cairan uterus” oleh kelenjar endometrium uterus, juga membantu meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik payudara.
  • TESTIS
o   Hormon yang terdapat di testis yaitu Testosteron, bekerja untuk meransang pertumbuhan organ kelamin pria, juga meningkatkan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder pria.
o   FSH merangsang spermatogenesis, sedangkan LH merangsang sekresi testosteron dan mempertahankan spermatogenesis,kerja FSH dan testosteron terlaksanan dengan jalan merangsang sel sertoli untuk membentuk senyawa yang diperlukan untuk maturasi sperma.
o   Pengaturan kecepatan dan jumlah sekresi hormon
o   Sekresi hormon oleh kelenjar endokrin mungkin dapat distimulasi atau dihambat oleh kadar sejenis hormon dalam darah (diproduksi oleh kelenjar itu sendiri, atau oleh kelenjar endokrin lain) atau oleh kandungan non hormon (misalnya, glukosa atau kalsium).
o   Mekanisme kontrol umpan balik juga terlibat dalam stimulasi atau inhibisi sekresi hormone
o   Pelepasan hormon dari kelenjar endokrin juga dapat distimulasi oleh implus saraf yang menjalar di sepanjang serabut saraf dan langsung berakhir pada sel kelenjar atau seperti pada bagian posterior kelenjar hipofisis, distimulasi oleh neurosekresi yang tersimpan dalam kelenjar sebagai hormon
o   Tanpa terkecuali, Kelenjar endokrin mempunyai kecendrungan alami untuk mensekresikan secara berlebihan hormonnya. Oleh karena kecenderungan ini, hormon akan semakin menggunakan efek pengaturannya pada organ target kemudian akan melakukan fungsinya. Tetapi bila terlalu banyak fungsi yang terjadi biasanya beberapa faktor dari fungsi itu akan menjadi umpan balik bagi kelenjar endokrin tersebut dan akan menimbulkan efek negatif pada kelenjar sehingga mengurangi kecepatan sekresi kelenjar.
o   Jadi pertimbangan yang cermat mengenai setiap mekanisme umpan balik menunjukkan bahwa faktor yang biasanya perlu diatur bukanlah kecepatan sekresi hormon tetapi sebenarnya adalah derajar aktivitas organ target.




Fatimah, S.Kep, Ns
Kelenjar endokrin mencakup :
·         Kelenjar hipofisis
·         Kelenjar tiroid
·         Kelenjar adrenal
·         Pulau – pulau langerhans pankreas
·         Kelenjar ovarium
·         Kelenjar testis
Fungsi sistem endokrin
Sistem endokrin yang terdiri dari kelenjar – kelenjar yang mensekresi hormon membantu memelihara dan mengatur fungsi – fungsi vital seperti :
·         Respon terhadap stres dan cedera
·         Pertumbuhan dan perkembangan
·         Reproduksi
·         Homeostasis
·         Metabolisme energi
HORMON adalah zat – zat kimia yang disekresikan oleh kelenjar endokrin.
·         Hormon di klassifikasikan sebagai hormon steroid (seperti hidrokortison), hormon peptida atau protein (seperti insulin), dan hormon amina (seperti epinefrin).
·         Ketika hormon dilepaskan ke dalam aliran darah, hormon akan di angkut  ke jaringan sasaran di mana mereka bekerja dan menimbulkan efeknya.
·         Hormon disekresi dalam konsentrasi rendah sekali. Contohnya : hormon yang terdapat dalam darah pada konsentrasi 10-6 hingga 10-12 molar . Sebaliknya, komponen darah lainnya seperti natrium, biasanya terdapat dalam konsentrasi 10-01 molar.
·         Walaupun konsentrasinya rendah, hormon menimbulkan efek metabolik dan biokimia yang nyata pada jaringan sasaran.
KELENJAR TIROID
Introduction
·         Kelenjar Tiroid merupakan organ yang  bentuknya seperti dasi kupu-kupu, Kelenjar Tiroid terdiri atas dua lobus lateral, yang dihubungkan oleh ismus.
·         Berat kelenjar tiroid  dalam keadaan normal pada orang dewasa adalah sekitar 30 gram, dengan panjang kurang-lebih 5 cm serta lebar 3 cm.
·         Badan tiroid terdiri atas massa folikel kecil, yang mengandung koloid. Unsur utama koloid adalah tiroglobulin, yang membebaskan hormon tiroid.
·         Yodium dari sirkulasi darah diambil dalam bentuk Na- atau K-iodida. Ia menembus sel-sel folikel dan masuk kedalam koloid.
·         Molekul tiroglobulin dalam koloid mengandung sebuah asam amino aktif, tirosin yang akan bergabung dengan yodium dalam proses pembentukan hormon tiroid.
·         Kelenjar Tiroid menghasilkan 3 jenis hormon yang berbeda : Tiroksin (T4) serta triiodotiroin (T3) yang keduanya di sebut dengan satu nama- hormon tiroid, serta kalsitonin.
·         Kelenjar ini berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh, mengatur kecepatan metabolisme tubuh
TRANSPOR HORMON TIROID
·         Pengatur utama adalah tirotropin atau TSH (thyroid stimulating hormone) dari hipofisis, melalui mekanisme umpan balik negatif.
·         Bila hormon di butuhkan, molekul tiroglobulin di pecah dan membebaskan hormon ke dalam darah.
·         Selain tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3), terdapat hormon lain yaitu tirokalsitonin atau kalsitonin. Hormon ini dihasilkan sel parafolikel atau sel C-tiroid. Tirokalsitonin menghambat resorpsi tulang, jadi menghambat kecepatan penglepasan kalsium dari jaringan tulang ke dalam plasma.
PENYAKIT-PENYAKIT KELENJAR TIROID
Seperti penyakit endokrin lainnya, penyakit kelenjar tiroid dapat berupa :
·         Pembentukan hormon tiroid yang berlebihan (hipertiroidisme)
·         Defisiensi produksi hormon tiroid (hipotiroidisme)
·         Pembesaran tiroid (goiter) tanpa bukti adanya pembentukan hormon tiroid abnormal.
GOITER non toksik
(STRUMA)
·         Struma atau goiter yang biasa di sebut dengan Penyakit Gondok adalah istilah umum untuk pembesaran kelenjar tiroid pada tenggorokan. 
·         Goiter non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme.(Sri hartati,2010 )
·         Goiter yang di sertai hypertiroidisme di sebut goiter nodular toksik.
·         Penyakit ini sering di jumpai dan menyerang wanita dan pria yang berusia antara 20- 60 tahun.
ETIOLOGI
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:
·         Defisiensi iodium
·         Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.
·         Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia
·         Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya : thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).
GEJALA KLINIS
·         Biasanya Goiter ditemukan tanpa adanya keluhan.
·         Pada penyakit struma nodosa nontoksik, tyroid membesar dengan lambat. Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dan permukaan licin. Jika goiter cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan sehingga terjadi gangguan menelan.
·         Gejalan yang umumnya muncul berupa menurunnya berat badan, cepat letih, kesulitan untuk tidur, mudah gelisah dan bingung.
·         Keadaan darurat yang dapat mengancam nyawa (menimbulkan kematian) dan membutuhkan pertolongan segera adalah apabila timbul kesuliatan dalam bernafas.
DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya struma yang bernodul dan tidak toksik, melalui :
  • Pada palpasi teraba batas yang jelas, bernodul satu atau lebih, konsistensinya kenyal.
  • Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan serum T4 (troksin) dan T3 (triyodotironin) dalam batas normal.
  • Pada pemeriksaan USG (ultrasonografi) dapat dibedakan padat atau tidaknya nodul.
  • Kepastian histologi dapat ditegakkan melalui biopsi yang hanya dapat dilakukan oleh seorang tenaga ahli yang berpengalaman.
PENCEGAHAN
·         Edukasi
Program ini bertujuan merubah prilaku masyarakat, dalam hal pola makan dan memasyarakatkan pemakaian garam beriodium.
·         Penyuntikan lipidol
Sasaran penyuntikan lipidol adalah penduduk yang tinggal di daerah endemik diberi suntikan 40 % tiga tahun sekali dengan dosis untuk orang dewasa dan anak di atas enam tahun 1 cc, sedang kurang dari enam tahun diberi 0,2 cc – 0,8 cc.
PENANGANAN
Rutin memeriksakan kesehatan Anda ke Dokter.
  • Cukupilah makanan ber-Yodium dalam nutrisi sehari-hari, seperti mengkonsumsi garam beryodium.
  • Diet yang bergizi baik.
  • Olahraga yang teratur.
  • Menghindari gaya hidup yang tidak sehat dan beresiko.
  • Menaati nasehat dari Dokter dan  minumlah obat yang diresepkan dengan teratur (anti-tirod dan Yodium radioaktif).
  • Pilihan terapi terakhir adalah operasi jika ada indikasi.
  • Tindakan Operasi
  • Pada struma nodosa non toksik yang besar dapat dilakukan tindakan operasi bila pengobatan tidak berhasil, terjadi gangguan misalnya : penekanan pada organ sekitarnya,  indikasi keganasan yang pasti akan dicurigai.
  • Pembedahan kelenjar thyroid disebut thyroidectomi. Pada pelaksanaannya ada yang mengangkat sebagain kelenjar (hemithyroidectomi, subtotal thyroidectomi, isthmolobectomi), keseluruhan (total thyroidectomi) atau bisa juga radikal thyroidectomi pada kasus kanker. Pemilihan itu tergantung dari kasus atau kelainan yang dijumpai.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pada Pasien dengan Goiter Non Toksin
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari dasar dalam proses keperawatan secara keseluruhan guna mendapat data atau informasi yang dibutuhkan untuk menentukan masalah kesehatan yang dihadapi pasien melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik meliputi :
·         Aktivitas/istirahat ; insomnia, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat, atrofi otot.
·         Integritas ego ; mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik, emosi labil, depresi.
·         Makanan/cairan ; kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak, makannya sering, kehausan, mual dan muntah, pembesaran tyroid, goiter.
·         Rasa nyeri/kenyamanan ; nyeri orbital, fotofobia.
·         Pernafasan ; frekuensi pernafasan meningkat.
·         Keamanan ; tidak toleransi terhadap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium Seksualitas ; libido menurun.
B. Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan struma nodosa nontoksis khususnya post operasi, antara lain ;
·         Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring.
·         Nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot  pasca operasi.
·         Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
·         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan proses pembedahan, adanya luka terbuka .
C. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan cedera pita suara/kerusakan laring.
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana kebutuhan dapat dipahami.
Intervensi
·         Kaji fungsi bicara secara periodik.
·         Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban ya atau tidak.
·         Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.
·         Pertahankan lingkungan yang tenang.
2. Nyeri berhubungan dengan tindakan bedah terhadap jaringan/otot  pasca operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi
·         Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala 0 – 10) dan lamanya.
·         Letakkan pasien dalam posisi semi fowler dan sokong kepala/leher dengan bantal pasir/bantal kecil.
·         Letakkan bel dan barang yang sering digunakan dalam jangkauan yang mudah.
·         Berikan minuman yang sejuk/makanan yang lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan.
·         Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, musik yang lembut, relaksasi progresif.
·         Kolaborasi : Beri obat analgetik dan/atau analgetik spres tenggorok sesuai kebutuhannya.
3. Resiko tinggi terjadi ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi trakea, pembengkakan, perdarahan dan spasme laringeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan napas yang paten
Intervensi
·         Pantau frekuensi pernafasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
·         Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronchi.
·         Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher, menyokog kepala dengan bantal.
·         Bantu dalam perubahan posisi, latihan nafas dalam dan atau batuk efektif sesuai indikasi.
·         Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur, terutama pada bagian posterior
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan  
    dengan proses pembedahan, adanya luka
    terbuka .
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi :
·         Kaji TTV klien
·         Gunakan tekhnik septik dalam merawat luka
·         Ganti balutan luka 2 kali sehari
·         Kolaborasi, pemberian antibiotik
D. Evaluasi
  • Jalan nafas pasien efektif
  • Komunikasi verbal dari pasien lancar
  • Tidak terjadi tanda-tanda infeksi
  • Gangguan rasa nyaman dari pasien dapat berkurang




HIPOFISIS
(Ns. Ardian Adhiwijaya, S.Kep)

Kelenjar Hipofisis (pituitary) disebut juga master of gland
Menghasilkan bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya.

Pengendalian aktivitas kelenjar hipofisis sebagian besar dilakukan oleh hipotalamus melalui suatu proses mekanisme umpan-balik (feedback mechanisme)

Sel-sel pada nukleus hipotalamus yang mengendalikan hipofisis memiliki beberapa fungsi.
Sel – sel tersebut dapat menerima sinyal dari pusat yang lebih tinggi didalam otak, atau Umembangkitkan sinyal saraf tersendiri dan memiliki kemampuan neuroendokrin.

Beberapa hormone hipofisis memiliki efek langsung, beberapa lainnya secara sederhana mengendalikan kecepatan pelepasan hormonnya sendiri melalui mekanisme umpan balik, oleh organ lainnya, dimana kadar hormone endokrin lainnya dalam darah memberikan sinyal kepada hipofisis untuk memperlambat atau mempercepat pelepasan hormonnya.

Feedback mechanisme
Hipofisis Anterior
Hormon yang dihasilkan :
·         Somatotropin Hormone (STH)
·         Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
·         Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
·         Adrenocorticotropic hormone (ACTH)   
·         Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH) 
·         Follicle Stimulating Hormone (FSH) pada pria dan wanita
·         Luteinizing Hormone (LH)  pada wanita
·         Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
1.       Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)
Merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot.
2.       Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin
3.       Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH) 
Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu, terdapat pada laki-laki dan perempuan
4.       Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen
5.       Hipofisis pars media 
6.       MSH (Melanosit Stimulating Hormon)

Hipofisis Posterior
·         Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan

Hipopituitarisme
(Hipofungsi Hipofisis)

Hipopituitarisme adalah suatu gambaran penyakit akibat insufisiensi kelenjar hipofisis, gangguan ini menyebabkan munculnya masalah dan manifestasi klinis yang berkaitan dengan defisiensi hormon-hormon yang dihasilkannya.

Hipofungsi kelenjar hipofisis (hipopituitarisme) dapat terjadi akibat penyakit pada kelenjar sendiri  atau pada hipotalamus

ETIOLOGI
·         Hipopituitarisme disebabkan oleh macam-macam kelainan antara lain nekrosis, hipofisis post partum(penyakit shecan), nekrosis karena meningitis basalis trauma tengkorak, hipertensi, maligna, aterosklorosis serebri, tumor granulema dan lain-lain
·         Bisa disebabkan juga oleh kelainan-kelainan yang terjadi pada hormon – hormon yang diatur oleh hipofisis
·         Hipopituitarisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Penyebabnya menyangkut:
1.    Infeksi atau peradangan oleh : jamur,bakteri piogenik.
2.    Penyakit autoimun (Hipofisis limfoid autoimun)
3.    Tumor, misalnya dari sejenis sel penghasil hormon yang dapat mengganggu pembentukan salah satu atau semau hormon lain.
·         Umpan balik dari organ sasaran yang mengalamai malfungsi. Misalnya, akan terjadi penurunan sekresi TSH dari hipofisis apabila kelenjar tiroid yang sakit mengeluarkan HT dalam kadar yang berlebihan.
·          Nekrotik hipoksik (kematian akibat kekurangan O2) hipofisis atau oksigenasi dapat merusak sebagian atau semua sel penghasil hormon. Salah satunya sindrom sheecan, yang terjadi setelah perdarahan maternal.
·         Sakit kepala dan gangguan penglihatan atau adanya tanda-tanda tekanan intara kranial yang meningkat. Mungkin merupakan gambaran penyakit bila tumor menyita ruangan yang cukup besar.
·         Gambaran dari produksi hormon pertumbuhan yang berlebih termasuk akromegali (tangan dan kaki besar demikian pula lidah dan rahang), berkeringat banyak, hipertensi dan artralgia (nyeri sendi).
·         Hiperprolaktinemia : amenore, infertilitas pada wanita, impotensi pada pria.
·         Sindrom Chusing : obesitas sentral, hirsutisme, striae, hipertensi, diabetes militus, osteoporosis.
·         Defisiensi hormon pertumbuhan : (Growt Hormon = GH) gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
·         Defisiensi Gonadotropin : impotensi, libido menurun, rambut tubuh rontok pada pria, amenore pada wanita.
·         Defisiensi TSH : rasa lelah, konstipasi, kulit kering gambaran laboratorium dari hipertiroidism.
·         Defisiensi Kortikotropin : malaise, anoreksia, rasa lelah yang nyata, pucat, gejala – gejala yang sangat hebat selama menderita penyakit sistemik ringan biasa, gambaran laboratorium dari penurunan fungsi adrenal.
·         Defisiensi Vasopresin : poliuria, polidipsia,dehidrasi, tidak mampu memekatkan urin.
PEMERIKSAAN FISIK
·         Inspeksi :
Amati bentuk dan ukuran tubuh, ukur BB dan TB, amati bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axila dan pubis pada klien pria amati pula pertumbuhan rambut wajah (jenggot dan kumis)
·         Palpasi:
Palpasi kulit, pada wanitabiasanya menjadi kering dan kasar.Tergantung pada penyebab hipopituitarisme, perlu juga dikaji data lain sebagai data penyerta seperti bila penyebabnya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan terhadap fungsi serebrum dan fungsi nervus kranialis dan adanya keluhan nyeri kepala.
·         Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
·         Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti:
 a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika.
 b.  Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH GH, prolaktin, alsdosteron, testosteron,     kartisol, androgen, test stimulasi yang mencakup uji toleransi insulin dan stimulasi tiroid releasing hormon.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         Pemeriksaan Laboratorik ditemukan Pengeluaran 17 ketosteroid dan 17 hidraksi kortikosteroid dalam urin menurun, BMR menurun.
·         Pemeriksaan Radiologik / Rontgenologis ditemukan Sella Tursika
·         Foto polos kepala
·          Poliomografi berbagai arah (multi direksional)
·          Pneumoensefalografi
·          CTScan
·          Angiografi serebral
·          Pemeriksaan Lapang Pandang
·          Adanya kelainan lapangan pandang mencurigakan
·          Adanya tumor hipofisis yang menekankiasma optic
·          Pemeriksaan Diagnostik
·          Pemeriksaan kartisol, T3 dan T4, serta esterogen atau testosteron
·          Pemeriksaan ACTH, TSH, dan LH
·          Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormon, dan dengan melakukan pengukuran efeknya terhadap kadar hormon serum.
·          Tes provokatif.

  

Gangguan Kelenjar adrenal
(Hasanuddin, S. Kep, Ns)
Sistem endokrin dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh.
Fungsi :  ( Silvia, 2005):
ž  Respon terhadap stres dan cedera
ž  Pertumbuhan dan perkembangan
ž  Reproduksi
ž  Homeostatis ion
ž  Metabolisme energi
ž  Respon kekebalan tubuh
ž  TUGAS KELOMPOK:
GANGGUAN KELENJAR ADRENAL
I. Hiper Fungsi Adrenokortkal (Sindrom Cushing,Sindrom Conns, Sindrom Adrenogental).
II. Hipo Fungsi Adrenokortkal
III. Hasl – Hasil Penelitian Terkait Sistem Endokrin


Asuhan KepeRawataN Klien Gangguan Kelenjar Paratiroid
(Ns. Musdalifah Hanis, S.Kep. CWCCA)
Kelenjar  paratiroid  berjumlah  empat,  terletak  di  belakang  (posterior) kelenjar  tiroid.
Kelenjar  ini  menghasilkan  hormon  paratiroid  (parathormon  atau  PTH).
Sekresi hormon ini tidak dikendalikan oleh kelenjar tiroid namun langsung oleh mekanisme umpan  balik  negatif.  Jika  kadar  kalsium  menurun,  lebih  banyak  parathormon  dihasilkan.
Sebaliknya  jika  kadar  kalsium  naik,  sekresi  hormon  ini  berkurang. 
Ada  dua  jenis  sel  pada kelenjar  paratiroid:  sel  oksifil  dan  sel  prinsipal  (utama).  Sel  oksifil  lebih  besar  dan  tidak diketahui fungsinya. Sel prinsipal menghasilkan dan menggetahkan parathormon.
Kelenjar paratiroid panjangnya kira-kira 6 milimeter, lebar 3 milimeter, dan tebalnya dua millimeter dan memiliki gambaran makroskopik lemak coklat kehitaman. Secara normal ada empat buah kelenjar paratiroid pada manusia, yang terletak tepat dibelakang kelenjar tiroid, dua tertanam di kutub superior kelenjar tiroid dan dua di kutub inferior.
Anatomi Kelenjar Endokrin
(kelenjar paratiroid)
n  Fisiologi
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-sama dengan Vit D3, dan kalsitonin mengatur kadar kalsium dalam darah.
Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah.
PTH akan merangsang reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus, sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di ginjal, tulang dan usus. (R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, 2004, 695)
n  Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar  paratiroid  mengatur  kadar  serum  kalsium  tubuh  dan  berfungsi  mengendalikan  kecepatan,  metabolisme  tulang.  Vitamin  D  dan  kalsitonin  juga  mempengaruhi  metabolisme  kalsium.  Vitamin  D  diperoleh  dari  makanan  sehari-hari  dan  juga disintesis oleh kulit.
Parathormon  mengatur  konsentrasi  ion  kalsium  dalam  darah  cairan  ekstraseluler  dengan cara mengatur :
1.  Absorbsi kalsium dari usus
2.  Eksresi kalsium oleh ginjal
3.  Pelepasan kalsium dari tulang

ASKEP KLIEN HIPERPARATIROIDISME
A.      Definisi
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi tanpa mempedulikan kadar kalsium. dengan kata lain satu dari keempat terus mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar kalsium dalam darah normal atau meningkat.  Hiperparatiroidisme adalah gangguan mineralisasi tulang dan kelemahan otot akibat tingginya kadar hormon paratiroid di dalam darah.
B.      Etiologi
n  Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal.
n  Sedangkan 15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia). Biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya.
n  hormon paratiroid yang berlebihan maka  penyerapan  tulang  meningkat  sehingga  kadar  kalsium  dalam  darah  tinggi disertai  oleh  kadar  fosfat  serum  yang  rendah. Sehingga  dapat  menyebabkan  tulang  menjadi  rapuh  dan  lemah.
n  Hiperplasia paratiroid sekunder : keempat kelenjar membesar secara simetris. Pembesaran kelanjar paratiroid dan hiperfungsinya adalah mekanisme kompensasi yang dicetuskan oleh retensi fosfat dan hiperkalsemia yang berkaitan dengan penyakit ginjal kronis. Osteomalasia yang disebabkan oleh hipovitaminosis D.
C.      Gambaran Klinis
1.  Fraktur patologis multipel
2.  Kifosis tulang belakang dan fraktur kompresi vertebra
3.  Kelemahan  dan  kelelahan  karena  kalsium  serum  yang  tinggi  menyebabkan  penurunan eksitabilitas saraf dan otot
D.  Perangkat Diagnostik
1.       Pemeriksaan serum akan memperlihatkan peningkatan kadar kalsium serum (> 12 mg/dl; normal 8,6-10,5 mg/dl)
2.        Kadar fosfat serum akan rendah (< 2,0 mg/dl; normal 2,5-4,5 mg/dl)
E.  Komplikasi
·         Dapat terbentuk batu kalsium di ginjal sehingga terjadi peradangan ginjal
·         Dapat terjadi kelainan elektrokardiogram, termasuk kontraksi ventrikel prematur (PVC) dan  takikardia  sinus,  yang  berkaitan  dengan  efek  tingginya  kalsium  serum  pada depolarisasi otot jantung
F. Penatalaksanaan
1.       Pengobatan bergantung pada penyebab dan keparahan penyakit
2.       Dapat diberikan fosfat oral
3.       Obat-obat  spesifik  untuk  mengobati  hiperkalsemia,  termasuk  steroid  dan  diuretik  yang  mengeluarkan kalsium, dapat diberikan
4.       Mungkin diperlukan eksisi kelenjar paratiroid secara bedah
n  PROSES KEPERAWATAN
A.  Pengkajian
1.  Data Subjektif
·         Informasi kesehatan yang penting
·         Riwayat  kesehatan  yang  lalu  :  Defesiensi  vitamin  D  ;  malabsorbsi  ;  malnutrisi  ; gagal ginjal kronik
·          Pengobatan Pengobatan gagal ginjal akut 
·         Pembedahan atau pengobatan yang lalu : radiasi kepala dan leher sebelumnya
2.  Data Objektif
·         General: apaty
·         Integumentary : Moist skin, nekrosis kulit
·         Cardiovaskuler : hipertensi, arrytmia (khususnya bradikardia)
·         Neurologic  Drowsiness,  mental  lambat,  confusi,  delirium,  koordinasi  yang  kurang, hiperaktif pada refleks tendon dalam
·         Muskuloskeletal : fraktur, tonus otot menurun.
B. Diagnosa Keperawatan 
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi


ASKEP KLIEN DENGAN HIPOPARATIROID
A.  Definisi
n  Hipoparatiroidisme  adalah  gangguan  metabolisme  kalsium  dan  fosfat  akibat rendahnya kadar hormon paratiroid di dalam darah.
n  Hipoparatiroid adalah gabungan gejala dari produksi hormon paratiroid yang tidak adekuat. Keadaan ini jarang sekali ditemukan dan umumnya sering sering disebabkan oleh kerusakan atau pengangkatan kelenjar paratiroid pada saat operasi paratiroid atau tiroid, dan yang lebih jarang lagi ialah tidak adanya kelenjar paratiroid (secara congenital). Kadang-kadang penyebab spesifik tidak dapat diketahui.
B.  Etiologi
·         Tiroidektomi
·         Paratiroidektomi atau diseksi radikal leher
·         Atrofi kelenjar paratiroid (jarang dijumpai)
C.  Patofisiologi
n  Gejala  hipoparatiroidisme  disebabkan  oleh  defesiensi  parathormon  yang mengakibatkan  kenaikan  fosfat  darah  dan  penurunan  kalsium  darah.  Tanpa  adanya parathormon akan terjadi penurunan absorpsi intestinal kalsium dari makanan dan penurunan reabsorpsi  kalsium  dari  tulang  dan  di  sepanjang  tubulus  renalis.
n  Penurunan  eksresi  fosfat melalui  ginjal  menyebabkan  hipoposfaturia,  dan  kadar  serum  yang  rendah  mengakibatkan hipokalsiuria.
D.  Manifestasi Klinik
n  Hipokalsemia menyebabkan iritabilitas sistem neuromuskular dan turut menimbulkan gejala  utama  berupa  tetanus.  Tetanus  merupakan  hipertonia  otot  yang  menyeluruh  disertai tremor dan kontraksi spasmodik atau tak terkoordinasi yang terjadi dengan atau tanpa upaya untuk melakukan gerakan volunter.
n  untuk  melakukan  gerakan  volunter,  pada  tetani  laten  terdapat  gejala  mati  rasa,  kesemutan dan kram pada ekstremitas dengan keluhan perasaan kaku pada kedua belah tangan dan kaki,
n  Pada  tetanus  yang  nyata,  tanda-tanda  mencakup  bronkospasme,  spasme  laring,  spasme karpopedal  (fleksi  sendi  siku  serta  pergelangan  tangan  dan  ekstensi  sendi  karpofalangeal),  fotofobia,  aritmia  jantung  serta  kejang,  gejala  lainnya  mencakup  ansietas, iritabilitis,  depresi  dan  bahkan  delirium,  dapat  juga  terdapat  perubahan  pada  EKG  dan hipotensi.
F.  Penatalaksanaan
  • Tujuan terapi  menaikkan kadar kalsium serum sampai 9 hingga 10 mg/dl (2,2 hingga 2,5 mmol/L dan menghilangkan gejala hipoparatiroidisme dan hipokalsemia.
·         Pemberian kalsium glukonas apabila terjadi hipokalsemia dan tetanus pascatiroidektomi.
·         Pemberian  preparat  parathormon  untuk  hipoparatiroidisme  akut  dan  tetani,  tapi  sudah jarang  dilakukan  karena  menimbulkan  reaksi  alergi.  Preparat  ini  hanya  diberikan  pada klien dengan hipokalsemia akut.
·         Menciptakan  lingkungan  yang  tenang  seperti  bebas  dari  suara  bising,  hembusan  angin yang tiba-tiba, cahaya yang terang dan gerakan yang mendadak.
·         Siapkan  trakeostomi  atau  ventilasi  mekanik  bersama-sama  dengan  obat  bronkodilator jika klien mengalami gangguan pernapasan
G. Terapi Hipoparatiroidisme Kronik
·         Diet tinggi kalsium dan rendah posfor.
·         Hindarkan  makanan  yang  mengandung  tinggi  posfor  seperti  susu,  dan  kuning  telur. Berikan tablet oral garam seperti kalsium glukonat.
·         .3. Berikan  makanan  suplemen  seperti  gel  aluminium  hidroksida  atau  aluminium karbonat  diberikan  sesudah  makan  untuk  mengikat  posfat  dan  meningkatkan eksresinya lewat traktus gastro intestinal
·         Berikan vitamin D2 (ergokalsiferol) dan vitamin D3 (kolekalsiferol)
n  ASUHAN KEPERAWATAN
1.       Tanda-tanda tetani (kaku pada jari-jari dan mulut, hipertonik pada otot, dan kram pada otot)
2.       Karpopedal spasme (penomena trousseau’s)
3.       Pemeriksaan tanda chvostek
n   Diagnosa Keperawatan
1.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kulit kering
2.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kelelahan, nyeri otot, kram
3.       Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan personal dan psikis dan kerusakan memori
4.       Managemen  regimen  terapi  yang  tidak  efektif  berhubungan  dengan  kurangnya pengetahuan  mengenai  tanda  dan  gejala  defesiensi  kalsium,  makanan  suplemen  yang mengandung kalsium tinggi, dan masalah yang kronik
5.       Risiko komplikasi : aritmia
6.       Risiko komplikasi : tetani
n   Intervensi Keperawatan
1.       Perawatan  pasien  pasca  operatif  yang  menjalani  tiroidektomi,  paratiroidektomi  dan diseksi  radikal  leher  diarahkan  kepada  deteksi  tanda-tanda  dini  hipokalsemia  dan antisipasi tanda-tanda tetanus, kejang serta kesulitan pernapasan.
2.       Kalsium  glukonat  disediakan  di  samping  tempat  tidur  klien  bersama  dengan  peralatan yang  diperlukan  untuk  penyuntikan  intravena.  Jika  klien  mengalami  masalah  jantung, potensial mengalami aritmia atau menggunakan
1.       obat digitalis, maka pemberian kalsium glukonat harus dilakukan dengan hati-hati.
2.       Kalsium  dan  digitalis  akan  meningkatkan  kontraksi  sistolik,  dan  lebih  lanjut  kedua preparat  ini  saling  menimbulkan  potensiasi.  Keadaan  ini  dapat  menyebabkan  aritmia jantung  yang  fatal.  Sebagai  konsekuensinya  klien  jantung  memerlukan  pemantauan jantung yang kontinu dan pengkajian yang cermat.;
3.       Aspek  penting  dalam  asuhan  keperawatan  adalah  mengajarkan  klien  tentang  terapi medik dan diet. Klien perlu mengetahui alasan mengapa asupan kalsiumnya harus tinggi sementara  asupan  posfatnya  rendah.  Klien  juga  harus  mengenali  gejala-gejala hipokalsemia dan segera laporkan kedokter jika gejala-gejala ini timbul
n   Evaluasi
1.       Tidak terjadi komplikasi penyakit
2.       Mengenal tanda dan gejala hipoparatiroidisme
3.       Mengontrol kadar kasium secara periodik
  

Sistem Layanan Kesehatan Pada Pasien Gangguan Sistem endokrin
(Ns. Musdalifah Hanis, S.Kep. CWCCA)
Konsep Dasar Sistem
System sebagai suatu wujud yaitu : Suatu system disebut sebagai wujud (entity), apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam system tersebut membentuk suatu wujud yang cirri-cirinya dapat dideskripsikan atau digambarkan dengan jelas. Tergantung dari sifat bagian-bagian atau elemen-elemen yang membentuk system, sistem wujud t’bagi atas sistem wujud konkrit dan sistem wujud abstrak.
System sebagai suatu metode
Suatu system disebut sebagai suatu metode, apabila bagian-bagian atau elemen-elemen yang terhimpun dalam system tersebut membentuk suatu metode yang dapat dipakai sebagai alat dalam melakukan pekerjaan administrasi. Contohnya adalah system pengawasan yang bagian-bagian atau elemen-elemen pembentuknya adalah berbagai peraturan.
Konsep Dasar Pelayanan
Ø  Pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu, menyiapkan, menyediakan dan memproses, serta membantu keperluan orang lain.
Ø  Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Konsep Dasar Kesehatan
system kesehatan adalah kumpulan dari berbagai factor yang kompleks dan saling berhubungan yang terdapat dalam suatu negara, yang diperlukan untuk memenuhi suatu kebutuhan dan tuntutan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun masyarakat pada setiap saat yang dibutuhkan (WHO,1984).
Untuk Negara Indonesia, pengertian system kesehatan dikenal dengan istilah System Kesehatan Nasional (SKN), yaitu suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan mencapai derajat kesehatan yang optimal sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti yang dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia
Sistem pelayanan kes. di indonesia berupa:
1.      Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja puskesmas selain rumah sakit.
2.      Pelayanan kesehatan rujukan
Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan kesehatan rujukan.
Masalah Pelayanan Kesehatan
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak keuntungan, yaitu meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari indikator menurunnya angka kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya usia harapan hidup rata-rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga mendatangkan banyak permasalahan.
Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
  1. Primary health services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
  2. Secondary health services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
  3. Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)

Sistem EndokRin
GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN
  1. Hiperpituitarisme merupakan suatu sekresi yang berlebihan hormon hipifisis anterior yang terjadi akibat adanya tumor.
  2. Hipopituitarime adalah hilangnya fungsi lobus anterior kelenjar hiposfisa terutama pada bagian anterior.
  3. Hipertiroidisme (tirotoksikosis)
    adalah suatu kelebihan sekresi hormonal yang tidak seimbang pada metabolisme.
  4.  Hipotiroidisme suatu efek hormon tiroid berkurang.
  5. Tiroiditis adalah sutu peradangan pada kelenjar tiroid yang disebabkan infeksi viral seperti HFV dan virus beguk pada tiroiditis subakut.
  6. tumor tiroid adalah neoplasma unik pada kelenjar tiroid yang sangat kerap disertai dengan metastasis pada organ yang jauh dari lokasi primer.
  7. Tiroidektomi adalah sebuah operasi yang melibatkan operasi pemindahan semua atau sebagian dari kelenjar tiroid.
  8. hiperparatiroid adalah suatu keadaan kelenjar memproduksi lebih sekresi hormon paratiroid, hormon asam amino polipeptida.
  9. Hipoparatiroid adalah penurunan produksi hormon oleh kelenjar paratiroid menyebabkan kadar kalsium dalam darah rendah. 
  10.  kelainan pada kelenjar adrenal
  11. addisonadalah kerusakan kelenjar adrenal yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon korteks adrenal.
  12. sindrom chusing adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti obesitas, impaired glucose tolerance, hipertensi, diabetes mellitus dan disfungsi gonadal yang berakibat pada berlebihnya rasio serum hormon kortisol.
  13. aldosteronisme primer
    adalah merupakan keadaan klinis yang sebabkan oleh produksi aldosteron “suatu hormon steroid mineralokortikoid korteks adrenal “ secara berlebih
  14.  tumor hipofisis adalah sesorang yang menderita tumor pada selaput kecil pada otak
  15. Hipofisektomi merupakan suatu  tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan
  16. diabetes insipidus
    adalah suatu keadaan yang di tandai rasa haus di akibatkan karena kurangnya hormon antiduretik.
  17. sindrom sekresi hormone antidiuretik
  18. Pangkreatitis adalah peradangan pada pangkreas yang dapat mengeluarkan enzim pencernaan dalam saluran pencernaan sekaligus mensintesis dan mensekresi insulin dan glukagon.
  19. diabetes militus
    adalah meningkatnya kadar gula dalam darah yang disertai berbagai kelainan meta. bolik akibat gangguan hormonal
  20.  perawatan luka gangreng
Pelayanan Gangguan sistem Endokrin
Bergantung pada keluhan/gangguan yang di rasakan oleh klien/pasien.
Masalah yang di dapatkan
Kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang berada di suatu instansi (dokter, perawat, ahli gizi, Laboran, Radiologi, fisioterapi dan farmasi) untuk memberikan pely. Kesehatan.

PANKREATITIS
Pankreas merupakan suatu organ yang mempunyai fungsi endokrin dan eksokrin, dan kedua fungsi ini saling berhubungan. Fungsi eksokrin yang utama adalah untuk memfasilitasi proses pencernaan melalui sekresi enzim-enzim ke dalam duodenum proksimal. Sekretin dan kolesistokinin-pankreozimin (CCC-PZ) merupakan hormon traktus gastrointestinal yang membantu dalam mencerna zat-zat makanan dengan mengendalikan sekret pankreas. Sekresi enzim pankreas yang normal berkisar dari 1500-2500 mm/hari.
PENGERTIAN
Pankreatitis (inflamasi pankreas) merupakan penyakit yang serius pada pankreas dengan intensitas yang dapat berkisar mulai dari kelainan yang relatif ringan dan sembuh sendiri hingga penyakit yang berjalan dengan cepat dan fatal yang tidak bereaksi terhadap berbagai pengobatan. (Brunner & Suddart, 2001; 1338).
klasifikasi
    Pankreatitis akut dibagi atas (The Second International Symposium on The Classification of Pancreatitis, Marseille, 1980) :
Pankreatitis akut : fungsi pankreas normal kembali.
Pankreatitis kronik : terdapat sisa-sisa kerusakan yang permanen.
ETIOLOGI
Gambaran klinis
Keluhan yang sangat menyolok adalah rasa nyeri yang timbul tiba-tiba, intens, terus menerus dan makin lama makin bertambah; lokasinya kebanyakan di epigastrium, dapat menjalar ke punggung, kadang-kadang ke perut bagian bawah, nyeri berlanngsung beberapa hari. Gejala lain yakni mual, muntah-muntah dan demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan di perut bagian atas, tanda-tanda peritonitis lokal, kadang-kadang bahkan peritonitis umum.
Pemeriksaan Diagnostik :
Scan                                       : menentukan luasnya udema dan nekrosis
Ultrasound abdomen     : mengidentifikasi imflamasi pankreas, abses, karsinoma atau obstruksi traktus bilier
Endeskopi                           :penggambaran duktus pankreas berguna untuk diagnosa fistula, penyakit obstruksi bilier, struktur/anomali duktus pankreas.
Kalsium serum  : hipokalemia dapat terlihat 2-3 hari setelah timbul penyakit (biasanya menunjukkan nekrosis lemak dan dapat disertai nekrosis pankreas.
Feses                    : peningktan kandungan lemak (steatorea) menunjukkan gagal pencernaan lemak dan protein.
Kadar amilase dan lipase serum meningkat.
KOMPLIKASI
Komplikasi potensial yang dapat terjadi
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Nekrosis pankreas
Syok dan kegagalan organ yang multipel
Pankreatitis juga dapat menyebabkan komplikasi lokal dan komplikasi berjarah jauh.
SILAHKAN BUAT LAPORAN PENDAHULUAN UNTUK ASKEP PANGKREATITIS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar