Cari Blog Ini

Kamis, 30 Mei 2013

sistem pencernaan versi ns windi A



WINDHY AGNESIA GONDA
DEFENISI
       Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis.
       Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.
       Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an,50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid.
PATOGENESIS
       Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan atau inflamasi vena hemoroidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko/pencetus.
       Faktor resiko hemoroid antara lain : faktor mengedan pada buang air besar yang sulit, pada buang air besar yang salah, peningkatan tek.intra abdomen karena tumor,kehamilan,usia tua,konstipasi kronik,diare kronik atau akut yang berlebihan,hub.seks per anal,kurang minum air,kurang  makan makanan yang beserat.
KLASIFIKASI DAN DERAJAT
       Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu hemoroid interna dan hemoroid eksterna.
       Hemoroid interna yaitu hemoroid yang terjadi diatas sfingter anal, sedangkan hemoroid eksterna yaitu yang muncul diluar sfingter anal.
       Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas :
1.       Derajat 1 : pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus;hanya dilihat dengan anorektoskop
  1. Derajat 2 : pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk sendiri ke dalam anus secara spontan
  2. Derajat 3 : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari
  3. Derajat 4 : prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk mengalami trombosis dan infark.
       Untuk melihat resiko perdarahan hemoroid dapat dideteksi oleh adanya stigmata perdarahan berupa bekuan darah yang masih menempel, erosi,kemerahan diatas hemoroid.
MANIFESTASI KLINIS
       Hemoroid menyebabkan rasa gatal dan nyeri, buang air besr sakit dan sulit, dubur terasa panas,serta adanya benjolan di dubur,dan sering menyebabkan perdarahan melalui dubur yang berwarna merah terang pada saat defekasi,dll.
       Hemoroid eksterna → nyeri hebat akibat inflamasi dan edema yang disebabkan oleh trombosis
       Hemoroid interna→ tidak selalu menimbulkan nyeri sampai hemoroid membesar→perdarahan atau prolaps.
DIAGNOSIS
       Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis keluhan klinis dan pemeriksaan anoskopi/kolonoskopi.
       Karena hemoroid dapat disebabkan adanya tumor dalam abdomen atau usus proksimal, agar lebih teliti sebaiknya selain memastikan diagnosis hemoroid, dipastikan juga apakah diusus halus, atau dikolon ada kelainan mis.tumor atau kolitis.
PENATALAKSANAAN
  1. Non farmakologi : bertujuan untuk mencegah perburukan penyakit dengan cara perbaikan pola hidup,pola makan dan minum,pola/cara defekasi (BMP).
  2. Farmakologi : bertujuan untuk memperbaiki defekasi dan meredakan atau menhilangkan keluhan dan gejala. Obat-obat hemoroid dapat dibagi atas 4,yaitu :
·         Obat memperbaiki defekasi : suplemen serat/fiber supplement (mis.vegeta,Mulax,Metamucil,Mucofalk) dan obat laksan atau pencahar (laxadine,dulcolax,microlax,dll).
·         Obat simtomatik : bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal,nyeri atau karena kerusakan kulit di daerah anus.
·         Obat menghentikan perdarahan
·         Obat penyembuh (menekan) dan pencegah serangan hemoroid.
3.       Minimal Invasive : tindakan untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dengan tindakan-tindakan pengobatan yang tidak terlalu invasif antara lain skleroterapi hemoroid atau ligasi hemoroid atau terapi laser
4.       Tindakan bedah: terdiri dari dua tahap yaitu untuk menghentikan atau memperlambat perburukan penyakit dan untuk mengangkat jaringan yang sudah lanjut (ligasi pita karet, hemoroidektomi kriosirurgi,laser Nd   ,hemoroidektomi).
PENCEGAHAN
       Mempertahankan tinja tetap lunak sehingga mudah keluar,dimana hal ini menurunkan tek.dan pengedanan dan mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau kebelakang timbul. Latihan olahraga seperti berjalan dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1.Aktivitas/ Istirahat
       Gejala  : kelemahan, kelelahan, malaise,merasa gelisah dan ansietas.
2. Sirkulasi
       Tanda  : Takikardia, ekimosis, hipotensi.
3. Integritas Ego
       Gejala  : Ansietas, ketakutan, emosi,kesal.
       Tanda  : Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Eliminasi
       Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk lunak sampai bau atau berair.
       Tanda : Menurunnya bising usus, tak ada peristaltik yang dapat dilihat.
5. Makanan/ Cairan
       Gejala : Anoreksia, mual/ muntah, penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diet/ sensitif.
       Tanda  : Penurunan lemak subkutan/ massa otot. Kelemahan tonus otot dan turgor kulit buruk, membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
6.Hygiene
       Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis menunjukkan kekurangan vitamin, bau badan.
7. Nyeri/ Kenyamanan
       Gejala : Nyeri tekan pada kuadran kiri bawah. Titik nyeri berpindah,
       Tanda : Nyeri tekan abdomen/ distensi.
8.   Seksualitas
       Gejala : Frekuensi menurun/ menghindari aktivitas sosial.
9. Interaksi Sosial
       Gejala  : Masalah peran sehubungan dengan kondisi. Ketidakmampuan aktivitas dalam sosial.
10. Penyuluhan/ Pembelajaran
       Gejala : Riwayat keluarga berpenyakit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Pre Operatif
1. Ansietas b/d faktor psikologi dan dilakukan tindakan pembedahan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan utama perforasi.
3. Nyeri akut b/d iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal, pelebaran vena hemoroidalis.
Diagnosa Post Operatif
1. Nyeri b/d intervensi pembedahan.
2. Resiko infeksi b/d ketidak adekuatan pertahanan primer.
3. Resiko konstipasi b/d status puasa dan defekasi yang sangat nyeri.
4. Gangguan eliminasi urine b/d dekatnya lokasi pembedahan dengan lokasi kandung kemih serta efek dari anestesi.
5. Intoleran aktifitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan/ ketahanan nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas, depresi.
INTERVENSI
·         PRE OPERATIF
1.  Ansietas b/d faktor psikologi dan dilakukan tindakan pembedahan.
Tujuan             : Ansietas dapat berkurang
Kriteria Hasil : Menunjukkan rileks dan melaporkan penurunan ansietas
                     Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya.
Mandiri 
a. Catat  perilaku mis., gelisah, peka rangsang, menolak, kurang kontak mata, perilaku menarik diri.
b.Dorong menyatakan perasaan dan beri perhatian
c. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan mis., tirah baring, pembatasan masukan peroral dan prosedur.
d. Berikan lingkungan tenang dan istirahat.
e. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menyatakan perhatian, perilaku perhatian.
Kolaborasi
a. Berikan obat sesuai indikasi.
b. Rujuk pada spesialis psikiatrik perawat, pelayanan sosial, penasehat agama.
2.  Resiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi.
Tujuan            : Pertahanan primer yang adekuat
Kriteria hasil : Pencapaian pemulihan luka tepat waktu
Mandiri
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Observasi  luka, karakter drainase, adanya inflamasi.
c. Observasi terhadap tanda dan gejala peningkatan nyeri.
d. Pertahankan perawatan luka aseptik.
e.  Berikan obat sesuai indikasi.
3.    Nyeri akut b/d iritasi kulit/ jaringan, eksoriasi fisura perirektal, pelebaran vena hemoroidalis.
Tujuan             : Nyeri berkurang atau tidak ada
Kriteria hasil   : Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol. Tampak rileks dan mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
Mandiri
a.  Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
b.  Kaji laporan kram abdomen atau nyeri, catat lokasi, lama, intersitas (skala 0-10).
c.  Catat petunjuk non-verbal.
d.  Kaji ulang faktor-faktor yang meningkatkan atau menghilangkan nyeri.
e.  Izinkan pasien untuk memuali posisi yang nyaman.
f.   Berikan tindakan nyaman dan aktivitas senggang
g.  Bersihkan area rektal dengan sabun ringan dan air/ lap setelah defekasi dan berikan perawatan luka.
h. Berikan rendam duduk dengan tepat.
i.  Observasi adanya isiorektal dan fistula perianal.
j.  Observasi/ catat adanya distensi abdomen, peningkatan suhu, penurunan TD.
Kolaborasi
a. Lakukan modifikasi diet sesuai resep.
b. Berikan obat sesuai indikasi.
c. Bantu dengan mandi duduk (rendam) sesuai indikasi.
       POST OPERATIF
1. Nyeri berhubungan dengan intevensi pembedahan
Tujuan             : Nyeri dapat ditekan dan berkurang
Kriteria hasil   : Mengungkapkan peningkatan tingkat kenyamanan. Memperlihatkan afek yang lebih rileks.
a. Ketika tirah baring, miringkan tubuh pasien setiap 2 jam.
b. Berikan anelgesik sesuai kebutuhan, jika penggunaan salep diprogramkan, pertama lakukan test alergi. Kaji keefektifan pereda nyeri.
c. Minta pasien menghindari posisi terlentangjika mungkin : tempatkan bantal diantara kedua lutut sementara tubuh dalam posisi miring.
d.Pantau keefektifan kompres basah dan hangat atau kompres dengan kantong es.
e. Ambulasi pasien dengan bantuan : berikan gelfoam atau flatation flad untuk duduk : hindari ban karet yang cenderung meregangkan bokong dan menimbulkan ketidak nyamanan lanjut.
f. Berikan periode istirahat berencana : minta pasien untuk tidak duduk dikursi dalam waktu lama.
g.Berikan analgesik sebelum melepaskan tampon.
h.Pantau rendam duduk untuk mengkaji keefektifan.
2. Resiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan primer.
Tujuan             : Pertahanan primer yang adekuat
Kriteria hasil   : Luka sembuh secara adeuat. Jaringan diskitar luka bersih, kering dan utuh
a. Pantau TTV setiap 4 jam, laporkan peningkatan suhu tubuh.
b. Observasi balutan setiap 2-4 jam, periksa perdarahan, drainase, bau, dan keadaan tampon.
c. Ganti balutan bila perlu : pasang kassa petrolium (petrolium gauze)
d. Bersihkan daerah perianal setiap kali selesai defekasi dan jaga agar daerah tersebut selalu bersih serta kering.
e. Kaji tanda-tanda penyembuhan.
f. Cukur daerah perianal untuk mencegah iritasi dan infeksi.
g .Instruksikan pasien melaksanakan irigasi luka jika sesuai.
3. Resiko konstipasi b/d status puasa dan defekasi yang sangat nyeri.
Tujuan             : Konstipasi tidak terjadi
Kriteria hasil   : Bising usus normal. Feses yang dikeluarkan sudah berbentuk dan lunak
a. Pertahankan puasa sampai mual berkurang
b. Berikan diet lunak rendah serat sesuai toleransi
c. Tingkatkan asupan cairan sampai 2000-2500 ml/hari, kecuali terdapat kontra indikasi
d. Pantau bising usus tiap 4 jam
e. Berikan pelunak feses, dorong defekasi segera ketika ada dorongan, berikan privasi.
f. Pantau keefektifan pelunak feses.
g. Dorong aktifitas dan ambulasi segera mungkin.
4. Gangguan eliminasi urine b/d dekatnya lokasi pembedahan dengan lokasi kandung kemih serta efek dari anestesi.
Tujuan             : Tidak terjadi gangguan eliminasi urine
Kriteria hasil   : Melaporkan bahwa urine berwarna kuning muda serta jernih dan jumlah yang adekuat. Mengekspresikan kemampuan berkemih tanpa gangguan rasa nyaman.
a. Ukur asupan dan haluaran selama 24 jam, observasi tanda retensi urine
b. Jika perlu, lakukan tindakan yang menstimulasi pasien untuk berkemih, buka keran air didekat pasien, tuangkan air hangat pada abdomen bawah pasien, dan masukkan tangan pasien kedalam air.
c. Bantu pasien berkemih.
d. Dorong dan bantu ambulasi untuk meningkatkan perasaan ingin berkemih.
5.  Intoleran aktivitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan/ ketahanan nyeri, mengalami keterbatasan aktivitas, depresi.
Tujuan             : Tidak terjadi kelemahan umum dan tidak terjadi keterbatasan aktivitas.
Kriteria Hasil  : menyatakan pemahaman situasi/ faktor resiko dan program pengobatan individu. Menunjukkan teknik/ perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas. Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.
a.  Tingkatkan tirah baring serta berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung sesuai keperluan.
b.  Ubah posisi sesering mungkin.
c.  Lakukan tugas dengan cepat dan sesuai toleransi.
d. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu latihan rentang gerak sendi pasif.
e.  Dorong penggunaan teknik manajemen stress. Mis., relaksasi progresif,, visualisasi, bimbingan imajinasi.
f.  Berikan obat sesuai indikasi mis., sedatif dan antiansietas.
IMPLEMENTASI
       Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
EVALUASI
       Evaluasi bertujuan untuk mengetahui kemampuan klien dalam mencapai tujuan/ 





KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTRITIS
WINDHY AGNESIA GONDA,S.Kep, Ns
DEFENISI
·         Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai.
Secara sederhana, gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung.
ETIOLOGI
·         Infeksi kuman Helicobacter pylori merupakan kausa gastritis yang amat penting.
·         Di negara berkembang, prevalensi  infeksi Helicobacter pylori pada orang dewasa mendekati 90% sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi.
·         Pada awal infeksi oleh kuman Helicobacteri pylori mukosa lambung akan menunjukkan respon inflamasi akut.
1. GASTRITIS AKUT
·         Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering akibat diet yang sembrono. Individu makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
·         Penyebab lain dari gastritis akut mencakup alkohol,aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
·         Bentuk terberat dari gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi pilorus.
·         Gastritis juga merupakan tanda pertama dari infeksi sistemik akut.
·         Gastritis akut akibat Helicobacteri pylori sering diabaikan oleh pasien sehingga penyakitnya berlanjut menjadi kronis.
PATOFISIOLOGI DAN MANIFESTASI KLINIS
·         Membran mukosa lambung menjadi edema dan hiperemik dan mengalami erosi superfisial. Bagian ini mensekresi sejumlah getah lambung yang mengandung sangat sedikit asam tapi banyak mukus. Ulserasi superfisial dapat terjadi dan dapat menimbulkan hemoragi.
·         Pasien dapat mengalami ketidaknyamanan, sakit kepala, malas,mual dan anoreksia,sering disertai dengan muntah dan cegukan. Beberapa pasien asimtomatik.
·         Mukosa lambung mampu memperbaiki diri sendiri setelah mengalami gastritis.
·         Bila makanan pengiritasi tidak dimuntahkan tetapi mencapai usus, dapat mengakibatkan kolik dan diare.
·         Biasanya, pasien sembuh kira-kira sehari, meskipun nafsu makan mungkin menurun selama 2 atau 3 hari kemudian.
2. GASTRITIS KRONIK
·         inflamasi lambung yang lama, dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacteri pylori (H.pylori).
PATOFISIOLOGI
·         Gastritis kronis dapat diklasifikasikan sebagai Tipe A dan Tipe B. Tipe A (sering disebut sebagai gastritis autoimun) diakibatkan dari perubahan sel parietal yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit otoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B (kadang disebut sebagai gastritis H.pylori) mempengaruhi antrum dan pilorus.
·         Tipe ini dihubungkan dengan bakteri H.pylori ; faktor diet seperti minum panas atau makanan pedas ; penggunaan obat-obatan dan alkohol ; merokok ; atau refluks isi usus ke dalam lambung.
MANIFESTASI KLINIS
·         Pasien dengan gastritis tipe A secara khusus asimptomatik kecuali untuk gejala defisiensi Vit.B12.
·         Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia, nyeri ulu hati setelah makan, kembung, rasa asam dimulut, mual dan muntah.
EVALUASI DIAGNOSTIK
·         Diagnosis dapat ditentukan dengan endoskopi, serangkaian pemeriksaan sinar-X GI atas, dan pemeriksaan histologis.
·         Tindakan diagnostik untuk mendeteksi H.pylori, mencakup tes serologis untuk antibodi terhadap antigen H.pylori dan tes pernapasan.
PENATALAKSANAAN
·         Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien menghindari alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan dan bila gejala menetap,cairan perlu diberikan secara parenteral.
·         Bila gastritis disebabkan oleh mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.
·         Asam → digunakan antasida umum (mis.aluminium hidroksida)
·         Alkali → digunakan jus lemon encer atau cuka encer
·         Bila korosi luas atau berat, emetik dan lavase dihindari karena bahaya perforasi.
·         Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesik dan sedatif,antasida,serta cairan IV. Endoskopi fiber optik mungkin diperlukan.
·         Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress, dan memulai farmakoterapi.
·         H.pylori dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoksisilin ) dan garam bismut ( Pepto – Bismol ).
·         Riwayat → riwayat kesehatan dan lingkungan umum ; adakah riwayat penyakit lambung sebelumnya atau pembedahan lambung ?
·         Tanda dan gejala pada pasien → apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak dapat makan,mual atau muntah ? Apakah gejala terjadi sebelum atau sesudah makan, setelah mencerna obat tertentu atau alkohol ?
·         Tanda dan gejala pada pasien → apakah gejala berhub.dengan ansietas, alergi, makan atau minum terlalu banyak, atau makan terlalu cepat? Bagaimana gejala hilang?nyeri tekan abdomen,dehidrasi,lamanya waktu dimana gejala ini hilang dan metode yang digunakan oleh pasien untuk mengatasi gejala,serta efek-efeknya ?
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama mencakup :
  1. Ansietas b/d pengobatan
  2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan nutrien yang tidak adekuat
  3. Resiko kekurangan volume cairan b/d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan cairan berlebihan karena muntah
  4. Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan diet dan proses penyakit
  5. Nyeri b/d mukosa lambung teriritasi.
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
·         Tujuan utama mencakup mengurangi ansietas, menghindari makanan pengiritasi dan menjamin masukan nutrien adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, meningkatkan kesadaran tentang penatalaksanaan diet, dan menghilangkan nyeri.
INTERVENSI KEPERAWATAN
·         Mengurangi Ansietas. Ansietas karena nyeri dan modalitas pengobatan biasanya timbul. Perawat menggunakan pendekatan untuk mengkaji pasien dan menjawab semua pertanyaan selengkap mungkin. Semua prosedur dan pengobatan dijelaskan sesuai minat dan tingkat pemahaman pasien.
·         Meningkatkan Nutrisi. Makanan dan cairan tidak diizinkan melalui mulut selama beberapa jam atau hari sampai gejala akut berkurang.
·         Meningkatkan Keseimbangan Cairan. Masukan dan haluaran cairan setiap hari dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda awal dehidrasi (haluaran urin min.30ml/jam, masukan min.1,5L/hari).
·         Menghilangkan Nyeri. Pasien diinstruksikan untuk menghindari makanan dan minuman yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Perawat mengkaji tingkat nyeri dan kenyamanan pasie setelah penggunaan obat-obatan dan menghindari zat pengiritasi.
·         Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah. Pengetahuan pasien tentang gastritis dievaluasi sehingga rencana penyuluhan dapat bersifat individual. Pasien diberi daftar zat-zat untuk dihindari (mis.kafein,nikotin,bumbu pedas,pengiritasi,atau makanan sangat merangsang,alkohol).
EVALUASI
Hasil yang diharapkan :
  1. Menunjukkan berkurangnya ansietas
  2. Menghindari makan makanan pengiritasi atau minuman yang mengandung kafein atau alkohol
  3. Mempertahankan keseimbangan cairan :
  1. Mentoleransi terapi IV sedikitnya 1,5L setiap hari
  2. Minum 6-8 gelas setiap hari
  3. Haluaran urin kira-kira 1L setiap hari
  4. Menunjukkan turgor kulit yang adekuat
4. Mematuhi program pengobatan :
    1. Memilih makanan dan minuman bukan pengiritasi
    2. Menggunakan obat-obatan sesuai resep
5. Melaporkan nyeri berkurang.